Jumat, 05 Februari 2010

Surat Cinta dari Manusia-Manusia yang Malamnya Penuh Cinta

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, Perkenankanlah kami,
manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti
halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga
terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang
penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari
berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah,
sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, Sungguh nikmat malam-malammu.
Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya
yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut
tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat
dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk,
bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.

Wahai orang-orang yang terlena, Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu
!! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak
terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami
tidak seperti dirimu !! Kami adalah para perindu kamar di surga. Tak
pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari
dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka
yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam
serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam."
Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk
kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia
yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah
mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist.
Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi.
Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ?
Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku
yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku
tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu
dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan
yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah
dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau
inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang
paling dekat denganmu, keluargamu ?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku
sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang
ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, " Nuruddin
itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah
yang benar." Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku.
Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata
mereka, " Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang
banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku
tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena
do'a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an. Tahukah kau
dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku
tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku,
terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan
dalam bingkai Tuhan.

Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami
saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang
panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat
belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang
membuatnya resah. Ya Alloh, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada
malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah.
Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah
peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang
pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh
genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, Kau pasti mengenalku dalam kisah
pembebasan Al Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta
emas itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang
yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang
selalu menjaga sholat berjama'ah. Kesenanganku adalah mendengarkan
bacaan Alqur'an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang
paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku.
Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuang an nyata,
pengejawantahan cintaku pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar
kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu,
Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala
tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku
telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang
harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat
penuh harap akan pertolongan- Nya. Jika Alloh memberikan kematian
kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan
itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung
kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami
berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.

Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar
kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air
yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat
menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari
mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin
oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta
di sana, Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat
dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah
hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang,
matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung
tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka
bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan
itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik
di negeri ini ? Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak
kunjung datang.

Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di
sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan,
berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid
itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo
sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah
sholat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan tanganku ke langit,
seraya berdo'a : "Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba- Mu yang
berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak
mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada
pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang
? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku
agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya." Lalu apa gerangan
yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung
tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang
pelayan ini. Do'aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan
derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.

Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti
juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat,
mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia
biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan
malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah
detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku
menanyakan kepadaku, bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya
yang banyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ?
Lalu kujelaskan padanya, "Jika aku mengantuk, maka aku hentikan
sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa
waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku." Aku tahu kau
pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu.
Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati
karya-karyaku.

Wahai orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk
lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di
tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata,
"Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah
!!". Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu
muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah,
bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah
nama Alloh, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian,
berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir,
sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan
itu.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati
malam-malammu dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu
untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama
dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau
tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama
telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, "Akulah Raja,
Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang
meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku
akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia
malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami
kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang
penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau
menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami,
manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu
sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati
tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan
gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya,
maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga
Alloh mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan
diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan
sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga...

was posted by mufqi haritz hardyan

Tidak ada komentar: